Apa jadinya jika Tebing Breksi dibikin “bernyanyi” oleh seorang komposer musik kontemporer, Memet Chairul Slamet? Breksi, diketahui merupakan objek wisata viral di kota Yogyakarta. Lokasinya tak jauh dari candi legendaris, Prambanan.
Kabar dari Yogya terbaru, pentolan grup etnik ensamble “Gang Sadewa”, Memet Chairul Slamet akan membuat repertoar “Batu Breksi Bernyanyi” dalam sebuah karya environmental art, Minggu (25/5/2025) mulai pukul 15.00 WIB.
“Dalam acara itu, kami mengajak kolaborasi para pekerja Tebing Breksi sebagai bagian dari skema participatory performance,” ujar Memet saat dijumpai di Yogyakarta, Rabu (21/5/2025). Pihak manajemen Tebing Breksi menyambut baik, terlebih momentumnya bertepatan dengan perayaan ulang tahun Tebing Breksi.

Sesuai tema, Memet dan Tim Gangsadewa bersama para pegawai objek wisata Tebing Breksi akan memainkan “musik batu”. “Agar pertunjukan lebih atraktif, kami melibatkan penata gerak, Agung Gunawan,” tambah Memet, doktor musik ISI Yogyakarta, itu.
Pelibatan para pegawai bermusik batu, digagas langsung oleh Memet sebagai bagian dari aktualisasi gagasan kreatif. “Lebih dari itu, saya harap para pegawai Tebing Breksi semakin menjiwai status Tebing Breksi sebagai situs geo-heritage yang memiliki keunikan tersendiri.

Bentang lempeng-lempeng batu purba sangat eksotis, sekaligus artistik sebagai gelaran performance musik kontemporer. Atas dasar itu pula komposer kontemporer Memet Chairul Slamet intens mengolah bunyi berbasis material alam.
Pergulatanya dengan material batu sebagai sumber kekaryaan bukan kali pertama. Musik batu telah mengantar Memet Chairul Slamet meraih gelar akademis strata doktoral. Artinya proses ekplorasi batu Dr Memet teruji baik di lapangan maupun di kalangan civitas akademika.
Selain itu, mengangkat isu ekologi dalam konteks environmental art menjadi tantangan tersendiri bagi sang komposer. Ia dipaksa mengakomodir gagasan musikal bersumber kerasnya tekstur batu. Di situlah Memet merasa harus mengasah kemampuan intuisi auditifnya.
Memet juga akan memberikan sentuhan kompositorik bersumber timbre serta tonalitas minimalis. Pemusik kelahiran Madura bahkan secara khusus mempelajari morfologi batuan menjadi karya komposisi alami yang layak diapresiasi serta dicatat sebagai tindakan ilmiah ruang ekspresi seni.
Akhirnya, Memet menemukan keindahan bunyi dari bongkahan batu serta serpihan kerikil dibalut nuansa akustik lempengan tebing batuan piroklastik. Lahirlah karya “Batu Breksi Bernyanyi”.***
