Oleh Rakhmat Supriyono
Warna bukan sekadar elemen estetik, melainkan punya vibrasi tertentu dari perjalanan hidup tiap-tiap seniman. Hal ini bisa disimak pada pameran bertajuk “Colors of Life” yang digelar di Omah Budoyo Yogyakarta, 12 – 30 April 2025.
Setiap manusia normal pasti menyenangi warna dan mempunyai reaksi terhadap warna-warna tertentu karena ada hubungan emosional. Oleh karenanya “Colors of Life” dipilih oleh tiga seniman, yaitu Arita Savitri, Djoko Sardjono, dan Rakhmat Supriyono sebagai tema pameran.
Colors of Life merupakan cerminan warna-warna kehidupan pribadi dari tiga seniman yang memiliki latar belakang berbeda. Arita punya kecenderungan bebas bermain dengan warna apa saja. Sebaliknya Djoko Sardjono, lebih membatasi warna. Sementara Rakhmat tidak terpaku pada warna-warna tertentu, beberapa lukisannya hanya menggunakan gradasi satu warna (monochrome).
Eksperimen Warna Alam
Arita Savitri kali ini menyuguhkan karya lukisan dan kirigami (ukir kertas). Karya kirigami Arita terdiri dari dua dimensi dan tiga dimensi. Ornamen berupa kertas yang digunting sangat detail dibuat tanpa rancangan sebelumnya. Arita bisa berkarya kirigami sambil ngobrol, sementara gunting kecil itu bergerak cepat seakan punya mata.

Dalam karya lukisnya, Arita cenderung menangkap obyek alam. Ia juga terus bereksperimen dengan zat pewarna. Untaian bunga-bunga diekspresikan menggunakan food colors. Lukisan candi dicoba dengan campuran warna kopi dan bahan perekat.
Stupa candi dilukis dengan pewarna alam dari bunga dan daun. Ada kalanya dia mencampurkan berbagai zat pewarna dalam satu lukisan, ini terlihat pada karya berjudul “The Savior”. Selebihnya dia gunakan cat akrilik untuk mengekspresikan emosinya, seperti karya-karya abstrak berjudul “Kekuatan Matra”, “Merajut Kehidupan”, dan “Flower #3”.
Mengabadikan Sejarah Arsitektur
Latar pendidikan Djoko Sardjono adalah Teknik Sipil. Tak mengherankan jika ia mengagumi bangunan-bangunan bersejarah. Sejak awal melukis, Djoko cenderung tertarik merekam bangunan-bangunan heritage yang banyak dijumpai di Yogyakarta.

Arsitektural Keraton Yogyakarta dan sekitarnya telah banyak menginspirasi dan memberi spirit khusus bagi Djoko. Ada beberapa tempat khusus yang sangat menarik bagi Djoko untuk mengabadikannya ke atas kanvas, antara lain bangunan Keraton, Puri Taman Sari, Jalan Malioboro, Plengkung, dan kawasan Nol Kilometer.
Djoko sangat efisien dalam penggunaan warna. Karya-karyanya didominasi tone kecoklatan dengan aksentuasi warna-warna standar seperti merah, hijau, biru, dan kuning. Dia lebih menyukai warna-warna tipis dengan brush stroke yang ekspresif penuh energi. Melalui karakter goresan tadi, karya lukisnya mengandung kekuatan emosi, narasi, dan sedikit magis.
Menangkap Dinamika Gerak
Karya-karya Rakhmat banyak menangkap subyek yang bergerak (movement). Pada pameran kali ini Rakhmat banyak menyajikan gerakan penari, khususnya penari Bali dan Jawa. Selebihnya adalah keceriaan anak-anak bermain bola, balap karung, dan dua anak sekolah berpayung daun pisang saat hujan.

Menurutnya, semua gerakan dapat menciptakan vibrasi dinamis, aktif, dan positif. Dengan melihat gerakan, orang dapat terimbas getaran energi untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif. Gaya lukisan Rakhmat cenderung mendekati realis, namun ia tak bisa menyembunyikan kegemasan emosi, sehingga seringkali muncul goresan-goresan liar yang ekspresif. Dapat dilihat pada karya berjudul “Playing Football” dan “Sack Race”.
Pameran yang diselenggarakan oleh IENA Art & Craft ini dibuka secara resmi oleh Robby Kusumaharta, pebisnis senior dari Kadin Daerah Istimewa Yogyakarta. Tampak hadir beberapa tokoh budayawan, bisnis, pariwisata, dan perhotelan, antara lain Yani Saptohoedoyo, Tazbir Abdullah, Sigit Sugito, Arif Effendi, Rommy Heryanto, Thimotius Apriyanto, dan pengamat seni Hajar Pamadhi. Pameran dibuka setiap hari pada jam 09.00 hingga 17.00, kecuali Senin.***
