Suwito Ngaharjo adalah sosok langka. Ia dikenal sebagai pengusaha sukses kota Medan. Akan tetapi, ia memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap pemupukan jiwa sosial anak-anak Indonesia.
Mengisi liburan akhir tahun, ia bahkan mengajak putra-putrinya, Alvaro dan Jun ke Penang, Malaysia. Bukan sekadar berlibur, tetapi menyemai jiwa sosial dan semangat gotong royong kepada putra-putrinya. Caranya, mengajak melihat dari dekat, kehidupan anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ada di Pulau Penang.
Kebetulan, Suwito adalah salah satu pengurus Persatuan Masyarakat Indonesia (Permai) di Penang. Alkisah, Minggu (22/12/2024) lalu, Suwito mengajak putra-putrinya melihat proses pembelajaran di Sanggar Bimbingan Permai Penang di Kompleks Bukit Jambul, Pulau Penang, Malaysia.
Putra-putri Suwito pun langsung membaur dan berinteraksi dengan anak-anak Pekerja Migran Indonesia yang tengah menempuh ujian. Suwito bahkan terjun langsung mengajar dan membimbing anak-anak PMI yang tampak kesulitan dan belum paham dalam mengerjakan ujian.
Alvaro, putranya, juga ikut turun tangan membantu mengajar murid-murid di Sanggar Bimbingan Permai (Learning Permai Center). Ia tampak antusias membagikan ilmunya kepada para murid.
Tak lama kemudian, terjadi pemandangan mengharukan, saat putri Suwito yang bernama Jun, membagikan kado kepada beberapa murid, yang didahului dengan melempar pertanyaan untuk dijawab. Bagi yang berhasil menjawab, akan diberi kado produk kerajinan karya putri Suwito sendiri. Suasana benar-benar cair dan penuh kekeluargaan.
“Great. Hebat,” jawab Jun, putri Suwito saat ditanya perasaannya.
Ihwal kado yang ia bagi-bagikan, spontan ia menjawab, “Sharing is caring. Berbagi adalah salah satu bentuk kepedulian,” ujar putri Suwito yang banyak menggunakan bahasa Inggris ketika berkomunikasi. Tak heran, sebab mereka mendapat pelajaran di sekolah internasional, di mana bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar dan media pembelajaran utama.
Era AI
Di tempat sama, Suwito Ngaharjo menekankan pentingnya pemupukan jiwa sosial sejak dini buat anak-anak Indonesia. Pertama-tama, ia tanamkan kepada anak-anaknya sendiri. “Kita memasuki kehidupan modern. Saat ini era artificial intelligent atau AI. Di sisi lain, kepedulian sesama makin luntur,” ujarnya.
Jika tidak dilakukan gerakan pemupukan jiwa sosial bagi anak-anak Indonesia, dikhawatirkan mereka lebih suka berkomunikasi dan berinteraksi dengan robot, dibanding dengan manusia.
“Robot memang canggih. Kecanggihannya bisa mengalahkan otak manusia pada umumnya. Tapi satu hal, robot tidak punya hati nurani. Robot tidak punya kebijaksanaan. Robot tidak punya perasaan. Jangan sampai kita melahirkan generasi yang berkomunikasi dengan robot, dan meninggalkan kehidupan sosial kemasyarakatan,” paparnya.
Di Learning Permai Center, Pulau Penang, Suwito justru banyak belajar. Itulah misinya mengajak berlibur anak-anaknya ke sana. “Belajar apa yang tidak mereka dapat di sekolahnya. Yaitu tentang jiwa sosial, toleransi, tata krama, budi pekerti. Semangat berbagi dan kepedulian sosial,” tegasnya.
Karenanya, kepada beberapa cikgu (guru) yang mengajar di Learning Permai Center, Suwito menyampaikan apresiasi, rasa salut dan terima kasih. Para cikgu itu adalah pribadi-pribadi mulia, yang mau mengorbankan waktu dan tenaga mengajar anak-anak Pekerja Migran Indonesia.
“Merekalah pahlawan tanpa tanda jasa. Merekalah yang harus kita hormati dan kita banggakan,” kata Suwito.
Usai kunjungan, datang reaksi langsung dari putra-putri Suwito. Mereka bertekad mengisi waktu liburannya dengan melakukan kerja sosial di Learing Permai Center yang dikelola Permai (Persatuan Masyarakat Indonesia) Pulau Penang, Malaysia. Bukan hanya mengajar, tetapi juga belajar tentang nilai-nilai sosial yang tak didapat di sekolahnya. “Sekaligus memperbaiki bahasa Indonesia kami,” katanya.***